Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tingkatkan Saturasi Oksigen dengan Latihan Pernapasan bagi Pasien Covid-19

Selasa, 6 Juli 2021 14:34 WIB

Iklan

Sejumlah latihan pernafasan dapat dilakukan pasien Covid-19 yang sedang isolasi mandiri. Simak enam rangkaian gerak untuk tingkatkan saturasi oksigen.

Kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat mengakibatkan sejumlah rumah sakit rujukan penuh. Sementara itu, masih banyak pasien tidak kebagian ruang isolasi, ICU atau ruang rawat inap di rumah sakit.

Belakangan kebutuhan oksigen juga ikut meningkat. Bahkan kelangkaan terjadi di sejumlah wilayah.

Tingkat saturasi atau kadar oksigen merupakan salah satu tanda yang bisa dikenali pada pasien Covid-19 dengan gejala atau tak bergejala. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasikan pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri untuk mengukur kadar oksigen dalam darah dengan menggunakan oximeter secara berkala.

Nilai rendah saturasi oksigen atau hipoksemia ditandai dengan tingkat saturasi di kisaran 90-92 persen. Jika angka saturasi oksigen menunjukkan di bawah 90 persen, disarankan untuk segera mencari pertolongan medis. 

Ketua Kelompok Kerja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr. Erlina Burhan mengatakan, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan pasien isolasi mandiri untuk meningkatkan saturasi oksigen. "Salah satunya bisa diajarkan prone position," ujar Erlina.

Simak rangkaian latihan pernapasan yang dapat diterapkan saat isolasi mandiri di rumah:

1. Prone position atau tengkurap

Posisi ini menjadi alternatif agar pasien dengan gejala ringan-sedang ke kondisi parah akibat gagal napas yang memerlukan ventilator. Posisi pronasi disebutkan bermanfaat untuk meningkatkan ventilasi paru melalui mekanisme peningkatan perfusi paru dan volume akhir ekspirasi paru, serta pemerataan distribusi tidal volume pada semua bagian paru.

Posisikan gaya ini selama 30 menit. Taruh bantal atau guling di pergelangan kaki supaya punggung rileks, serta di bawah perut supaya punggung rileks dan tidak menekan dada.

2. Mobilisasi menuju duduk

Latihan ini bertujuan agar pasien bergerak menuju duduk secara mandiri maupun dibantu dengan berpegangan ataupun dibantu oleh orang lain. Meski tampak mudah, gerakan ini menjadi berat saat badan lemas atau sesak napas.

Anda bisa mulai dengan berbaring dalam posisi telentang lalu tekuk kedua lutut, bergerak ke arah miring dengan posisi lutut tetap menekuk, menggunakan siku tangan sisi tubuh yang paling bawah untuk mengungkit tubuh menuju bangkit sambil menurunkan kaki ke sisi tempat tidur (duduk di tepi tempat tidur).

3. Latihan relaksasi dan gerak sendi bahu

Latihan ini bertujuan untuk melakukan relaksasi penapasan sekaligus merelaksasikan atau melemaskan susunan otot bahu atau pundak, yang sangat berpengaruh pada otot-otot penyangga sangkar dada (dinding dada).

Gerak napas perlahan, diawali dengan tarik napas dan diikuti dengan buang napas, usahakan gerak pernapasan saat tarik dan buang berjumlah sama, apabila tarik napas pada lima hitungan, maka buang napas juga pada lima hitungan. 

Gerak bahu yang dipadukan dengan irama napas ini diharapkan dapat melenturkan sendi bahu yang lebih merupakan sendi yang menyokong sisi atas dari sangkar tulang dada. Otot-otot dada akan terulur sehingga gerak pernapasan menjadi lebih efisien dan postur tubuh menjadi lebih tegak.

Rangkaian gerakan dimulai dengan gerak bahu secara bersamaan memutar ke arah depan selama jumlah hitungan tertentu semampu pasien, dan disusul dengan gerak bahu ke arah belakang.

4. Mobilisasi dinding dada

Latihan ini bertujuan untuk melatih dinding dada agar dapat diregangkan melebar dengan tarikan otot-otot yang menempel di sangkar dada, termasuk otot sisi samping, otot depan dan belakang dinding dada. Sehingga saat proses bernapas akan memudahkan pergerakan paru-paru saat inspirasi (tarik napas) dan ekspirasi (buang napas).

Lakukan gerakan mengangkat kedua lengan dari sisi depan ke arah atas berulang-ulang sambil mengatur napas. Dilanjutkan dengan merentangkan kedua tangan ke arah samping, kemudian melenturkan punggung ke arah samping bergantian ke kiri dan ke kanan sambil mengatur napas.

5. Latihan pernapasan dalam (deep breathing)

Pernapasan yang dianjurkan adalah pernapasan dengan perut mengembang saat menarik napas, karena akan mengoptimalkan kerja diafragma. Apabila menggunakan pernapasan dada, sering terasa penuh dan cepat lelah.

6. Latihan batuk (huffing, coughing)

Kemampuan batuk yang baik berarti memiliki sistem perlindungan jalan napas dari penumpukan zat, partikel atau patogen yang berbahaya ataupun mengancam tubuh. Latihan batuk yang bisa dilakukan pasien isoman adalah kombinasi tarik napas dalam disusul dengan huffing sebanyak tiga kali, yang di akhiri dengan coughing.

7. Makan makanan yang kaya akan zat besi.

Zat besi penting untuk pembentukan darah agar jumlah sel darah merah yang membawa oksigen tetap mencukupi, seperti daging merah dan sayuran hijau.

Penentu kadar oksigen dalam darah:

  1. Kadar oksigen di udara yang Anda hirup
  2. Fungsi paru
  3. Sistem peredaran darah yang optimal.

INGE KLARA SAFITRI