Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenal Virus Hendra yang Disebutkan Berpotensi Jadi Pandemi Selanjutnya

Sabtu, 28 Mei 2022 12:30 WIB

Iklan

Setelah Covid-19 melandai, beberapa penyakit yang bersumber dari hewan disebut-sebut akan menjadi pandemi selanjutnya. Salah satunya Virus Hendra.

Menurut Centers for Disease Control and Preventio, virus Hendra termasuk anggota famili Paramyxoviridae dari genus Henipavirus yang menginfeksi kelelawar besar pemakan buah (flying foxes). Virus itu lantas dapat ditularkan ke kuda lalu ke manusia.

Berikut fakta-fakta terkait Virus Hendra yang dihimpun Tempo:

Di Balik Nama Hendra

Wabah ini pertama dilaporkan di Hendra, pinggiran kota Brisbane, Australia pada 1994. Wabah tersebut melibatkan 21 kuda pacu dan dua kasus pada manusia. Pada Juli 2016, 53 insiden penyakit yang melibatkan lebih dari 70 kuda telah dilaporkan. Semua insiden ini terjadi di pantai timur laut Australia. Hingga saat ini sebanyak 7 kasus pada manusia tertular dari kuda yang terinfeksi, terutama melalui kontak selama merawat kuda yang sakit atau mati.

Gejala terpapar virus Hendra

Pada Hewan

  • Lendir hidung berbusa
  • Berkeringat
  • Kejang otot dan kedutan
  • Kelemahan otot
  • Kesulitan keseimbangan

Pada manusia

  • Gejala biasanya berkembang antara 5 dan 21 hari setelah kontak dengan kuda yang menular.
  • Demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala dan kelelahan adalah gejala awal yang umum.
  • Infeksi virus Hendra juga dapat menyebabkan penyakit pernapasan dengan tanda dan gejala mirip flu yang parah, seperti kesulitan bernafas.
  • Selanjutnya akan berkembang menjadi meningitis atau ensefalitis (radang otak), menyebabkan sakit kepala, demam tinggi, kantuk, dan terkadang kejang-kejang hingga mengalami koma.
  • Tak jarang juga si penderita mengalami kebingungan.
  • Meskipun jarang terjadi, namun infeksi virus Hendra bisa berakibat fatal, kasus fatalitasnya pun tinggi, yakni 57 persen.

Pengobatan

Menurut kementrian kesehatan, belum ada vaksin atau pengobatan spesifik untuk virus ini, sehingga pengobatan bersifat simptomatis (sesuai gejalanya ) dan supportif.

Pencegahan

  • Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat seperti cuci tangan, konsumsi gizi seimbang, istirahat cukup, etika batuk/bersin.
  • Hindari perburuan hewan liar.
  • Hindari kontak dengan hewan ternak (seperti kuda) yang kemungkinan terinfeksi. Bila kontak menggunakan alat pelindung diri. Gejala hewan yang terinfeksi meliputi saluran pernapasan dan neurologi seperti demam, kesulitan bernafas, ataksia.
  • Konsumsi daging secara matang.
  • Tidak mengonsumsi produk buah langsung dari pohonnya karena kelelawar dapat mengkontaminasi.
  • Tidak menambahkan tanaman buah sebagai sumber makanan kelelawar sekitar peternakan.
  • Cuci dan kupas buah secara menyeluruh dan buah buah yang memiliki tanda gigitan kelelawar.
  • Bagi petugas kesehatan terapkan pencegahan dan pengendalian infeksi.
  • Menghindari kontak dengan orang yang dicurigai atau terinfeksi termasuk cairan tubuhnya.

INGE KLARA | SUMBER DIOLAH TEMPO



Grafis Terkait

    Grafis terkait tidak ada