Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenal Debunking dan Prebunking dalam Pemeriksaan Fakta

Selasa, 18 Oktober 2022 12:00 WIB

Iklan

Dalam proses pemeriksaan fakta terdapat istilah debunking dan prebunking.

Bersamaan dengan semakin berkembangnya internet dan media sosial, misinformasi dan klaim-klaim salah juga ikut semakin banyak menyebar. Dalam proses pemeriksaan fakta terdapat istilah debunking dan prebunking.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Jon Roozenbeek dan Sander van der Linden dari Universitas Cambridge, dan Stephan Lewandowsky dari Universitas Bristol menyatakan, upaya prebunking terbukti lebih efektif untuk memberdayakan orang untuk membuat keputusan sendiri tentang apa yang harus dipercaya.

Meski begitu, debunking tetap memiliki peran penting. Ibarat penyakit, prebunking merupakan upaya menyuntikkan audiens seperti vaksin. Sedangkan, debunking upaya melawan audiens yang telah terpapar seperti antibiotik.

Pengertian

Prebunking: proses membongkar kebohongan, taktik, atau sumber sebelum informasi keliru menyerang.

Debunking: kerja pemeriksa fakta yang langsung menyajikan faktanya kepada pembaca.

Cara kerja

Prebunking: membangun kepercayaan dengan memberi tahu cara membedakan informasi palsu atau upaya manipulasi lainnya.

Debunking: memberikan sanggahan dan klaim yang jelas terhadap suatu informasi lewat hasil pemeriksaan fakta. Hal ini sudah banyak dilakukan oleh pemeriksa fakta di berbagai negara.

Kelebihan Prebunking

  • Membentuk resistensi psikologis terhadap upaya untuk memanipulasi.
  • Prebunking dinilai dapat memberi efek berkelanjutan, karena dapat menjangkau banyak audiens tanpa menyinggung ideologi atau kepercayaan kelompok tertentu.
  • Prebunking yang ideal akan menggabungkan fakta dan logika, sehingga orang dapat memahami fakta tetapi juga dapat melihat upaya untuk memutarbalikkan fakta.
  • Membuat audiens tidak perlu khawatir akan informasi salah apa yang akan menjadi viral, karena sudah tahu cara agar tidak tarpapar misinformasi.

INGE KLARA | SUMBER: DIOLAH TEMPO