Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Asal-usul Tradisi Halalbihalal di Indonesia

Jumat, 28 April 2023 11:15 WIB

Iklan

Sebenarnya apa dan bagaimana asal-usul tradisi halalbihalal? Simak penjelasan yang dihimpun Tempo.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB) ad interim Mahfud MD mengumumkan larangan menggelar halalbihalal bagi seluruh kantor kementerian, lembaga non-kementerian, BUMN, TNI, dan Polri pada pekan pertama hari raya Idulfitri 1444 Hijriah.

“JIka merencanakan halalbihalal dan semacamnya supaya ditunda sampai awal pekan kedua setelah hari raya Idulfitri 1444 H. Pada pekan pertama tanggal 24 April – 1 Mei 2023 supaya tidak diadakan acara halalbihalal dan lain-lain (syawalan, reunian, dan sejenisnya),” tulis Mahfud di akun Instagram pribadinya @mohmafudmd.

Sebenarnya apa dan bagaimana asal-usul tradisi halalbihalal? Simak penjelasan yang dihimpun Tempo berikut:

Arti halalbihalal
Halalbihalal diadaptasi dari bahasa Arab, “Halla” atau “Halala” yang artinya melepaskan ikatan yang membelenggu. Dalam bahasa Indonesia, halalbihalal dimaknai sebagai kegiatan bersilaturahmi dan bermaaf-maafan atas kesalahan setelah ibadah puasa Ramadan.

Tradisi asli Indonesia
Meski diadaptasi dari bahasa arab, tradisi halalbihalal merupakan tradisi asli Indonesia. Pasalnya, masyarakat Mekkah dan madinah tidak mengenal tradisi ini.

Asal-usul tradisi halal bihalal
Ada banyak versi yang menjelaskan asal-usul tradisi halal bihalal di indonesia, di antaranya:

  • Prakarsa KGPAA Mangkunegara I
    Pada masa pemerintahannya, KGPAA Mangkunegaran I yang dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa menggelar pertemuan antara Raja dengan para punggawa dan prajurit secara bersamaan di balai istana setelah perayaan Idulfitri.

    Dalam momen itu, semua punggawa dan prajurit melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri. Kemudian, kegiatan ini diadaptasi oleh masyarakat di luar istana.

  • Dipopulerkan oleh KH Abdul Wahab Chasbullah
    Mengutip dari laman NU Online, pada 1948 Kiai Wahab menyarankan Presiden Soekarno untuk menyelenggarakan silaturahmi jelang Idulfitri. Saat itu tengah terjadi pemberontakan DI/TII dan PKI Madiun.

    Dari saran itulah, Bung Karno mengundang semua tokoh politik ke Istana Negara untuk menghadiri silaturrahmi yang dibentuk dalam acara halal bihalal. Sejak saat itulah, instansi-instansi pemerintah mulai menyelenggarakan halal bihalal secara rutin setelah Idulfitri.

INGE KLARA | SUMBER DIOLAH TEMPO



Grafis Terkait

    Grafis terkait tidak ada