Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Seruni Point, Jembatan Kaca Pertama Gunakan Teknologi Suspended

Senin, 25 September 2023 15:35 WIB

Iklan

Direktorat Jenderal Bina Marga melalui Balai Geoteknik Terowongan dan Struktur (BGTS) tengah membangun Jembatan Kaca Seruni Point

INFO NASIONAL - Direktorat Jenderal Bina Marga melalui Balai Geoteknik Terowongan dan Struktur (BGTS) tengah membangun Jembatan Kaca Seruni Point di kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur. Jembatan kaca ini akan difungsionalkan pada akhir tahun 2023.

Jembatan Kaca Seruni Point merupakan jembatan istimewa karena jembatan pertama dengan tipe suspended dan berbeda dengan jembatan yang ada sebelumnya. Letak perbedaan terlihat pada struktur kabel utama yang diposisikan pada bagian lantainya, sehingga dari segi kelenturan kabel akan lebih kaku dan dari segi kekuatan akan lebih stabil dibandingkan dengan jembatan yang menggunakan teknologi atau metode suspention.

Kepala BGTS Fahmi Aldiamar menjelaskan alasan Jembatan Kaca Seruni point menggunakan metode suspended, karena lokasi Bromo ini cukup menantang dan merupakan lokasi daerah yang ceruk. Ceruknya itu cukup dalam sampai dengan 80 meter, dan posisinya dari segi temperatur relatif dingin dengan lokasi lain, sehingga pertukaran udara dan aliran angin akan lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi daratan yang lain.

Karena itu, ada kekhususan untuk membuat jembatan jadi lebih stabil. “Dari segi fungsi jembatan ini tidak hanya untuk sebagai jembatan penyeberangan saja, jadi utamanya adalah untuk membuat atraksi atau membuat destinasi wisata baru di daerah bromo sehingga dari segi dukungan kami ke Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) akan lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi lokasi lainnya,” kata Fahmi.

Bahan kaca yang digunakan untuk Jembatan Kaca Seruni Point ini mirip dengan kaca tipe tempered glass menggunakan dua lapis, kaca yang bagian atas dan bagian bawah direkatkan dengan matrial SGP (Sentry Glass Plus) dengan tujuan untuk merekatkan dan memberikan kekuatan tambahan pada kacanya. Dengan begitu kaca tidak mudah hancur dan tertahan oleh matrial SGP. Bahan ini sudah dilakukan pengujian di laboratorium.

Jembatan Kaca Seruni Point ini telah diuji dengan beban karung, dengan berat masing-masing karung 25-50 Kg. Karung tersebut diposisikan serta dijajarkan pada sisi samping kanan dan kiri jembatan dengan total berat beban mencapai 8,4 ton atau setara dengan 100 orang di dalam jembatan. Juga dipasang sensor dibagian bawah jembatan untuk memberikan sinyal lampu merah sebagai peringatan jika terjadi instrumen pergerakan yang terjadi dan beban berat yang berlebih pada jembatan.

Penggunaan jembatan ini menggunakan dua konsep alat pengaman untuk pengunjung. Pertama pelindung kaki yang digunakan ketika melewati jembatan. Kedua menggunakan body harness yang dikaitkan di satu sisi jembatan.

Fahmi mengatakan, pada proses pembuatan jembatan seruni ini melewati zona rimba, zona yang tidak boleh ada gangguan. Pihaknya pun sudah berkoordinasi dengan kepemilikan atau pengelola Taman Nasional Gunung Bromo Tengger Semeru terkait metode konstruksi yang digunakan gangguan seminimal terhadap daerah konservasi.

“Pertama kita menggunakan drone, dan drone tersebut nanti akan ada tali kecil yang diikatkan dan menjadi media untuk membentangkan kabel dari posisi inlet ke outlet. Jadi dari ujung ke ujung itu pertama pergunakan tali kecil dan diterbangkan menggunakan drone, kemudian tali kecil tersebut disambungkan dengan tali yang lebih besar dan lebih besar lagi, sehingga akan bertemu dengan kabel yang ukuran 2 inchi-an,” ujar Fahmi.

Pekerjaan konstruksi ini bertahap sehingga tidak ada gangguan pada zona rimbanya, “Nah jadi dari tali yang kecil diterbangkan menggunakan drone kemudian di bagian ujung sudah ada personil yang akan menarik benang tersebut sampai dengan posisi kabel yang besarnya, Setelah itu diikatkan dikunci sehingga tidak ada gangguan pada zona rimba yang dilewati,” ujarnya.(*)