Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pasar Tanah Abang Sepi, Salah TikTok Shop?

Senin, 25 September 2023 08:00 WIB

Iklan

Para pedagang menuding toko-toko online seperti TikTok Shop sebagai penyebab lesunya perdagangan. Sejumlah menteri beda pendapat soal social commerce.

Pasar Tanah Abang makin lesu pelanggan. Para pedagang mengaku merasakan penurunan pelanggan hinggai 50 persen setelah pandemi Covid-19 berakhir. Di tengah seretnya pembelian, mereka juga tetap harus membayar sewa toko dengan harga tinggi, mencapai Rp 100 juta per tahun.

Pertama kali Dalam Sejarah
Pasar Tanah Abang hampir tidak pernah lesu pelanggan. Pada tahun 1980, Tempo pernah melaporkan turunnya pelanggan di pasar tradisional lainnya seperti Pasar Jaya Blok M dan Pasar Tunjungan Baru Surabaya. Berbeda dengan yang lainnya, Pasar Tanah Abang tidak tersentuh. Malah, Pasar Tanah Abang dapat mendapatkan 60,000 pengunjung pada masa lebaran saat itu. 

Tidak Pulih Sejak Pandemi
Para pedagang mengaku penurunan angka penjualan terjadi sejak pandemi Covid-19. Awalnya, pelanggan tidak putus datang dan hanya menurun karena pembatasan aktivitas rakyat yang diberlakukan pemerintah. Setelah pandemi berakhir, pelanggan mulai kembali secara perlahan, tapi tidak bertahan lama dan terus semakin berkurang.

Digempur Toko Online
Para pedagang menuding maraknya toko-toko online seperti TikTok Shop yang menyebabkan pelanggan mereka berkurang. Mereka yakin pelanggan lebih memilih aplikasi Cina itu karena harganya lebih murah. 

“Barangnya sama, tapi kami kalah bersaing karena harus bayar pajak, sewa, dan sebagainya,” kata Ade, salah satu pedagang busana di Pasar Tanah Abang. 

Menyerah Ikut Jual Online
Muis Batubara, seorang pedagang tas, pernah mencoba jualan online. Tetapi dia memilih tak melanjutkannya, karena tak mampu bersaing harga. Sebab, ketika berjualan online, ia mesti menjual dengan harga modal. Artinya ia tak mendapatkan untung sama sekali.


Beda Suara Para Menteri Jokowi

Teten Masduki
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menilai social commerce berbahaya hingga menyebabkan sepinya perdagangan di Pasar Tanah Abang. Sehingga, menurut Teten, larangan penjualan barang impor di marketplace dan social commerce perlu segera diatur untuk melindungi para produsen dan pedagang dalam negeri. 

Sandiaga Uno
Sementara, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno tak setuju apabila TikTok Shop dilarang di Indonesia. Pasalnya, ia menilai banyak UMKM yang terbantu oleh layanan tersebut untuk menjual produknya. Ia sendiri mengaku dalam beberapa pelatihan kerap mendorong agar UMKM memanfaatkan media sosial, termasuk TikTok. 

Zulkifli Hasan
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas juga sempat menilai, TikTok sebagai aplikasi media sosial merangkap social commerce, bisa menyebabkan produk hasil Usaha mikro kecil menengah (UMKM) kalah bersaing. Pasalnya, social commerce dengan algoritmanya memungkinkan market intelligence mengarahkan konsumen ke produk yang mereka hasilkan. Oleh sebab itu Kemendag perlu bersama sejumlah pemangku kebijakan yang lain mengaturnya.

KRISNA PRADIPTA | SUMBER DIOLAH TEMPO